menjelang pagi, di Mulyasari, Agustus 2019. Foto by Nasya Amarani |
Ada
dua hal yang penting, untuk dihidupkan dalam jiwa seorang, khususnya anak, yang berguna
dalam sepanjang langkahnya. Diantaranya akidah dan akhlak.
Dikutip
pada podcast Hannah Indonesia, oleh Ustadz Adriano Rusfi, beliau mengatakan
bahwasannya jika diibaratkan pada suatu pohon, akidah bagaikan akar. Kemudian
jika diibaratkan sebagai bangunan, akidah merupakan pondasi. Sangat penting
perannya, namun karena tidak terlihat, seringkali banyak orang acuh, meremehkan
keberadaannya, dan menunda untuk mempelajarinya.
Jika
diurutkan, ternyata pendidikan mengenai akidah ialah yang utama. Sementara
akhlak, jika diibaratkan dalam suatu bangunan, ia bagaikan hiasan yang membuat
rumah menjadi nyaman untuk dipandang, tentram untuk dihuni, dan pantas untuk
dikatakan sebagai rumah.
Jika
kita melihat akidah dan akhlak dalam suatu keluarga, Ustadz Adriano mengatakan ayah memiliki naluri untuk
mendidik anak mengenai akidah, sedangkan ibu lebih memiliki fitrah dalam
mendidik akhlak.
Peran
ayah dalam menanamkan akidah pada diri seorang anak, sudah dicontohkan pada
tugasnya untuk mengadzani dan mengiqomahkan putra putrinya saat lahir di dunia.
Hal itu jadi salah satu bukti, pentingnya peran ayah untuk mengajarkan akidah pada anak sebelum ibu menumbuhkan akhlak yang baik.
Dengan
tertanamnya akidah pada diri anak sejak dini, anak akan semakin rela untuk
mencintai Allah sebagai tuhannya,
mencintai Alquran kemudian ikhlas untuk mempelajarinya, dan tentu, ia
akan rida mengimani Islam sebagai agamanya.
Ustadz
Adriano mengatakan, sebenarnya beribadah itu memang suatu beban, sehingga waktu
haid pada perempuan disebut sebagai mendapatkan keringanan. Pada dasarnya tidak
ada satu orang pun yang mau menjalani suatu beban, dalam hal ini ibadah, kecuali
karena adanya iman.
Bisa
saja kita sebut sholat merupakan suatu beban yang wajib kita pikul dan kita
laksanakan disetiap harinya. Namun, dengan adanya iman dalam hati dan diri,
yang kita temui hanyalah ikhlas dan kebahagiaan saat menjalaninya.
Seperti
seorang yang sedang jatuh cinta, mereka pasti akan menuruti apa yang kekasih minta.
Begitu pula dengan ibadah, meski diibaratkan sebagai beban, kita akan dengan senang hati
untuk selalu mematuhi perintah-Nya. "Saya tidak cinta sholat, saya
mencintai Allah yang meminta saya untuk sholat," kata Ustadz Adriano.
Sehingga,
dengan ada dan terpatrinya akidah dalam hati dan diri seorang anak, anak akan
ikhlas melaksanakan ibadah karena kecintaannya pada Tuhannya.
Iman
Berbeda Dengan Ibadah
Ustadz
Adriano mengatakan, bahwa pada dasarnya iman itu berbeda dengan ibadah. Saat
orang tua mengajari anak untuk sholat, membaca Alquran, puasa, serta berbuat
baik, orang tua sedang mengajari ibadah dan akhlak.
Sedangkan
iman adalah hal yang diyakini dalam hati, diekspresikan secara lisan, dan diimplementasikan
dalam perbuatan.
Sedangkan
niat itulah iman, karena semua yang didasari pada niat, dalam hal ini ibadah
dan kebaikan, membuat kita melakukan sesuatu dengan rela, kesadaran, cinta,
keyakinan dan akidah.
Sehingga
mengajarkan sholat itu bukan mengajarkan iman, melainkan itu semua wujud
ekspresi dan implementasi dalam perbuatan. "Misalnya, ada burung beo hafal
al-fatihah, tapi beo itu tidak beriman."
Sehingga
saat kita hanya beribadah, tanpa melibatkan akidah (dalam hal ini juga niat dan
iman) tanpa kita sadari, kita baru mempelajari rukun Islam, belum rukun iman.
"Jangan sampai kita lahirkan muslim, tapi kita tidak lahirkan mukmin.
Jangan sampai akan lahir banyak anak-anak yang rajin beribadah, tapi sedikit
berpahala, karena ibadah apapun tanpa niat dan iman tidak bernilai," ujar
Ustadz Adriano.
Dari
Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا
الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
"Sesungguhnya
setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang
ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau
karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju." [HR.
Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].
===
Penulis : Nurul Fajriyah
Sumber : https://open.spotify.com/episode/07YzTuCGn6PUogemFVUt1r?si=f_GGRorXQ0qvs_lBAUuXTA
2 coment�rios
Blognya bagus nih kak, ada yang kurang dibagian templatenya. Semoga bisa diperbaiki🙏
BalasHapuspermisi, terima kasih sudah berkunjung, sekiranya berkenan bagi ka suhu untuk membantu saya menghiasi template dalam blog ini, ehehe
Hapus