KH Nasaruddin Umar: Pahami Makna Persatuan dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah
Freepik/8photo |
Indonesia merupakan negara yang menganut ideologi pancasila. Ideologi tersebut dibuat dengan landasan nilai-nilai luhur yang harus diterapkan masyarakat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Misalnya saja mengenai persatuan bangsa. Sebagai masyarakat Indonesia, kita pasti akrab dengan bunyi sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia.
Persatuan Indonesia merupakan sila
yang ditujukan untuk mengantarkan kita pada situasi teduh, tenteram, dan nyaman
dalam bernegara. Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Ketua Harian Badan
Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, juga
menyimpulkan bahwa tanpa persatuan dan kesatuan, Indonesia tidak mungkin
mencapai keluhuran.
Bersyukurnya kita, lahir dan tumbuh
di Indonesia, negara dengan keluhuran dan kerukunan masyarakatnya, meski berada
di tengah keberagaman suku, agama, ataupun ras yang ada. Makna persatuan dan
kesatuan juga sudah melekat dalam benak, menjadi jawaban atas pertanyaan
penyebab kokohnya Ibu Pertiwi, meski banyak perbedaan latar belakang yang
dijumpai.
Hal ini serupa seperti pernyataan
KH Nasaruddin Umar, bahwasannya Indonesia sudah empat kali diramalkan akan
terpecah belah. Namun uniknya, semua ramalan itu keliru. Karena hingga saat
ini, kita masih kokoh dalam balutan persatuan dan kesatuan. Allah berikan
kekuatan-Nya, yang inti dari kekuatan itu adalah kesatuan dan persatuan.
Kendatipun demikian, KH Nasaruddin
Umar menyebut, bahwa persatuan dan tenggang rasa pada suatu negara tidak bisa
muncul begitu saja. Hal ini perlu dipupuk dengan sikap toleransi, dan rasa
saling menghargai. Oleh karenanya kita perlu bijaksana dalam berpikir dan
bertindak.
Sebagaimana pahitnya sejarah
mencatat penjajahan yang diemban masyarakat Indonesia lalu, juga diharapkan
bisa menjadi pengingat, bahwa kemerdekaan negara serta setiap ideologi yang
tertulis di Pancasila, perlu kita jaga keluhurannya.
Allah berfirman pada Qs.
Al-Hujurat: 10, artinya sebagai berikut.
"Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS Al-Hujurat
[49]: 10).
Berlandaskan pada firman tersebut,
KH Nasaruddin Umar berpesan agar kita terus menjaga persaudaraan
antarsesama, apapun latar belakangnya. Adapun perihal keimanan dan ketakwaan,
itu sudah bagian dari hak Allah untuk menilainya. Biarlah sebagai manusia, kita
tunaikan tugas untuk saling mengasihi dan menghargai.
Sebagaimana yang disampaikan
Rasulullah SAW saat menghadapi kekeliruan cara berpikir Usama ibn Zaid ibn
Haritsah, yang membunuh seorang musuh dalam kondisi sudah bersyahadat.
Nabi menjawab, sebagaimana dikutip dalam kitab Al-Muwaththa’ karya Imam
Malik: Nahnu nahkumu bi aldhawahir wa
Allahu yatawalla al-sarair, yang artinya, kita hanya menghukum apa yang
tampak, dan Allah menentukan apa yang tersembunyi di dalam hati.
Dari pembelajaran di atas, KH
Nasaruddin Umar berpesan agar kita tetap bersikap baik terhadap orang lain,
terlepas dari perbedaan yang ada. Karena kita hanya mengetahui yang nampak, dan
hanya Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahkan segala hal yang
tersembunyi.
Rajutlah ukhuwah dengan penuh
kebaikan, terlebih bulan Ramadan yang merupakan bulan pemersatu, dan menjadi
bulan paling istimewa daripada sebelas bulan lainnya. Karena ukhuwah juga bisa
menghadirkan kekuatan. Keberkahan terletak pada kebersamaan, sinergi akan
lahirkan energi, sebagaimana lampu yang menyala karena adanya
keterkaitan.
Selanjutnya, KH Nasaruddin Umar
juga berpesan, untuk menjadikan Ramadan sebagai bengkel akhlak, agar kita bisa
lebih teratur dalam membenahi pikiran, hati serta merapikan diri.
Hal itu seperti yang disabdakan
Rasulullah SAW, "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh
keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu
akan diampuni." (Hadits Riwayat Imam al Bukhari nomor. 38 dan Imam Muslim
nomor 760).
Segenap kita, mari menjadi lambang
negara kita, Indonesia. Bukan hanya tentang negara, tapi juga dengan
persatuannya dari keberagamannya. Mari saling berjabat, meraih Indonesia yang
cemerlang di masa depan.
Penulis: Nurul Fajriyah
Catatan: Tulisan ini juga diunggah pada laman Istiqlal.or.id
0 coment�rios