Menjadi Ojek Payung

By Nurul Fajriyah - September 05, 2019

Di persimpangan jalan, kita pernah berbincang tentang ketenangan. (Nurul Fajriyah)


Siang itu, langit tak pamerkan sinarnya seperti hari-hari sebelumnya. Mendung siang itu menandakan akan hujan, inilah yang aku dan kawanku tunggu, ada kesempatan saat ingin mencoba. Aku dan kawanku berencana menjadi ojek payung. Kemudian masing-masing dari kami pulang untuk membawa payung dan aku juga tak lupa untuk meminta izin pada Ibu. Ibu berpesan untuk berhati-hati pada jalan raya saat hujan karena kendaraan banyak yang melaju dengan cepat.

Aku ingat selalu pesan Ibu dan kemudian aku dan kawanku berkumpul ditempat yang sudah kami sepakati.
Saat hujan sudah benar-benar datang, aku dan kawanku berlari menuju stasiun Pasar Minggu. Kami membiarkan tubuh kami basah diguyur hujan, berlari sambil bersenda gurau tentang siapa yang paling cepat sampai dialah yang hebat, ucap kami saat itu. Dengan hati-hati saat menyusuri jalan, aku ingat pesan Ibu untuk selalu menjaga diri.

Di depan stasiun Pasar Minggu kami menjadi ojek payung, menawarkan payung pada setiap orang yang berada disana. “Bu payungnya bu,” , “Ka, ojek payung ka” kata kami saat itu. Menggigil rasanya, “ini sangat dingin”, kataku dalam hati. Namun mengingat janji yang sudah disepakati bersama kawan, aku tetap bahagia.

Satu persatu temanku mengantar orang untuk pergi sampai naik angkot, kemudian aku makin semangat dan yakin bahwa aku bisa seperti mereka. Selang dua menit kemudian ada seorang wanita yang mau kuantar untuk pergi menembus hujan. “Akhirnya aku dapati satu penumpang saat aku menjadi ojek payung,” kataku dalam hati.

Saat selesai aku antar penumpangku sampai naik angkot, Ibu itu memberikan aku upah, bahagianya diri ini karena bisa dapati uang dari hasil jerih payahku sendiri. Sambil menggigil aku katakan terima kasih dan berlari menghampiri kawanku. Kami memberi jasa ojek payung sampai hujan mulai reda.Aku tersenyum saat berpapasan dengan kawanku, menandakan aku bahagia dan aku juga bisa mendapatkan penumpang saat aku menjadi ojek payung. Ditengah perjalanan, aku ditanya oleh penumpangku tentang mengapa aku mau hujan-hujanan dan menjadi ojek payung, lalu aku menjawab bahwa aku mau bermain hujan dan juga mau mendapatkan uang untuk jajan.

Kemudian, aku dan kawanku menenteng payung dan berjalan menuju trotoar jalan di Pasar Minggu, kami duduk di trotoar jalan dengan menjadikan sandal yang kami pakai sebagai alas kami duduk kemudian payung untuk melindungi kami dari gerimis yang belum berhenti, duduk di trotoar saat itu kami lakukan untuk berbincang, membahas keseruan saat kami menjadi ojek payung kemudian bertukar cerita tentang penumpang yang kami temui, tentu juga berapa uang yang berhasil kami dapatkan. Berbagi bahagia saat itu, ini pengalaman sederhana yang aku dan kawanku lakukan saat menjadi anak-anak. (Nurul Fajriyah)

  • Share:

You Might Also Like

0 coment�rios